Cari Blog Ini

Iklan Baris

Kamis, 17 November 2011

AGAMA DIANTARA MODERNITAS


Pembaruan berasal dari kata baru, yakni sesuatu yang belum pernah ada, tidak pernah dilihat, tidak pernah diketahui atau didengar sebelumnya. Pembaruan mengandung makna memperbaiki agar menjadi baru, atau  mengganti dengan yang baru.
Pembaruan dalam kata benda mengandung makna perbuatan atau cara memperbaharui. Di Indonesia pembaruan diistilahkan dengan modernisasi, yang asal muasalnya kata ini serapan dari bahasa asing yaitu modernization. Istilah ini kemudian masuk kedalam kajian keislaman bersama dengan masuknya kebudayaan Barat ke dunia Timur.
Dalam kaitannya dengan pembaruan pemikiran keislaman, pasti ada dampak positif yang dapat diberikan terhadap pembangunan bangsa :
Pertama, pentingnya pemahaman agama yang lebih rasional.
Kedua, pembaruan Islam menawarkan kesadaran pluralistic (keragaman pendapat, pemahaman, etnik dan agama) secara tulus.
Ketiga, pembaruan Islam menekankan dengan kuat sekali dinamika manusia, tidak menyerah pada nasib (taqdir) melainkan manusia mempunyai peranan besar dalam kehidupannya.
Keempat, pembaruan Islam menekankan dengan kuat penguasaan ilmu dan teknologi, bahkan menganjurkan pengadopsian secara selektif atau peminjaman prestasi keilmuan dari berbagai bangsa didunia tanpa dibatasi oleh Negara, agama dan etnis.
Kelima, apa yang dilakukan para pembaru dengan perampingan taqlid,pemahaman rasional, dan kesadaran pluralistic adalah merupakan upaya untuk meraih kemajuan bersama al Quran dan hadits.
Fundamentalisme adalah suatu istilah yang bukan berasal dari terminology Islam, tradisionalisme dan modernisme, tetapi berasal dari bahasa inggris yang lahir dalam konteks historis keagamaan di dunia Kristen Amerika Serikat.
Fundamentalisme dalam penggunaan istilah ini telah mengalami kesimpang siuran makna dan bahkan cendrung menjadi istilah yang bias (berat sebelah) dan pejorative (merendahkan) bahkan seringkali digunakan dengan konotasi negative. Hal ini karena disebabkan karena dilatar belakangi munculnya fundamentalisme itu sendiri; fundamentalisme lahir dalam situasi konflik antar budaya urban dan budaya pedesaan dalam sejarah Amerika Serikat pada masa pasca perang Dunia I, yang muncul dengan situasi depresi nilai-nilai agraris dalam proses industrialisasi dan urbanisasi di negeri itu. Kedua fundamentalisme merupakan gerakan reaksi terhadap pola peradaban yang timbul dari proses industrialisasi dan urbanisasi. Ketiga aliran ini melawan arus pemikiran ilmiah yang mendasarkan diri pada penalaran dan arus sekluarisme.
Kata intelektual merupakan istilah filsafat yaitu asal kata dari intelligence, yang dipakai untuk menjelaskan kekuatan pikiran yang ada dalam diri manusia. Dalam perspektif filsafat bahwa manusia mempunyai dua kekuatan, yaitu intelektual yaitu suatu kepribadian menalar, menelitik, mengkritik, membuat pemecahan masalah dan sebagainya, kedua hati nurani yaitu kepribadian merasa, merasakan kebahagian ketakutan dan keyakinan.
Istilah rabbaniyyah terdapat dalam al Quran artinya orang-orang yanga berketuhanan. Orang ini mempunyai semangat ketuhann dalam hidupnya atau semangat berketuhanan yang merupakan inti dari semua ajaran Nabi dan Para Rasul Allah SWT.
Intinya adalah bahwa dalam Al Quran ditekankan Intelektual rabbani dapat dipahami sebagai intelektual atau orang terpelajar yang memfungsikan akalnya dalam memikirkan, menganalisis, merenungkan fenomena alam dan kehidupan serta dalam mencari pemecahan setiap masalah yang dihadapinya dan masyarakatnya dan tetap berketuhanan.
Di Indonesia intelektual rabbani secara terminologis disebut sebagai cendikiawan muslim. Bahkan wadah yang digunakan di Indonesia dalam sebutan organisai yaitu ICMI (Ikatan Cendikiawan Muslim Indonesia).
Ada tiga alasan untuk membicarakan intelektual rabbani yaitu: pertama, kenyataan sejarah bahwa intelektual menempati posisi yang sangat strategis dalam perkembangan setiap bangsa,terutama dalam sains dan teknologi modern yang berhasil melakukan gerakan perubahan. Kedua kenyataan sejarah bahwa mayoritas penduduk bangsa ini beragama islam, sehingga hasil tindakannya bangsa ini dalam pembangunan yang dianggap paling bertanggung jawab.
Ketiga, sejalan dengan perkembangan dunia yang sembakin mengglobal. Peralihan dari masyarakat agraris kemasyarakat industry yang digerakkan oleh ilmu dan teknologi yang berimplikasi pada pola piker yang lebih rasional, menghargai waktu dan profesi kerja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar